. SiRizki: Akibat Gengsian

Kamis, 11 Juni 2015

Akibat Gengsian


Aku jadi bingung kenapa di dua postingan terakhir, tiap kali aku mau nulis tentang diri sendiri selalu aja keduluan sama yang lain. Ditikung gitu ceritanya. Duh, pusing deh pala betmen! #GELIK!

Contohnya postingan yang ini nih, aku mau nulis tentang sifat gengsi dikarenakan kebetulan aku orangnya gengsian. Iya, aku gengsian banget terkadang. Malah sangat berlebihan, terkadang juga. Maka bisa dibilang bahwa ada dua hal di dunia ini yang nggak bisa ku tolak. Pertama, jadian sama Beby JKT48. Kedua, gengsi.



Duh, Beby. Aku padamu! #MendadakAlay

Untuk yang pertama, jadian sama BebyJKT48, masih bisa ku atur kapan terealisasinya. Tapi kalo yang kedua, gengsi, dia muncul tiba-tiba, coy! Nggak bisa dikontrol.

Karena sifatku itulah, aku terinspirasi untuk nulis sesuatu yang berkaitan tentang gengsi.

Jadi, sebelum nulis, aku riset dulu nih di Google, tapi sayangnya udah ada yang nulis dengan ide cerita yang hampir mirip.

Lalu, tulisan tersebut aku baca, eh rupanya bagus juga. Ya udah deh, awalnya aku punya niat jahat dengan mencuri tulisan tersebut dan mempostingnya mentah-mentah disini. Untungnya aku masih punya perasaan. Buat kalian, perbuatan kayak gitu merupakan perbuatan yang buruk ya! Kalau pun mau copas karya orang, ya dibuat dong sumbernya atau karya aslinya punya siapa.

Nah, biar nggak terlalu copas, aku berencana menyunting atau mengedit kembali tulisan karya Adhie Fahmi ini. Atau dengan kata lain, ku ubah-ubah lagi tulisannya. Sedikit aja sih. Inget ya, aku menyunting ulang, namun tetep aku akui idenya berasal dari doi, si Adhie Fahmi.

"Mas, pinjem dulu yah idenya! Tulisan ente keren, Bro."

....

Bisa jadi.... Eeeh... Mungkin ya.. Mungkin, kunci kesuksesan dari cinta itu adalah bicara. Walaupun kalian punya rasa cinta sedalam samudera, setinggi langit di angkasa, tapi kalo kalian diemin aja ya apa gunanya, Bray? Kalau begitu, gimana dia bisa tahu? Kalau pun dia tahu, tapi kalau dia juga nungguin kalian gimana? Biasanya hal ini terjadi kalau kalian cowok, jadi harus memulai duluan sih.

Jikalau kalian tetep diem, yaa. Bahkan bisa jadi ada orang lain yang sedikit berkorban tapi banyak berbicara, malah orang lain itu yang mendapatkan si dia. Hidup emang seadil itu.

As a social creature, asik. Eh, tapi apa artinya tuh? Lupakan. Jadi, sebagai makhluk sosial, tentu kebanyakan manusia memiliki kelebihan dalam berkomunikasi, terutama berbicara. Tapi, kalau soal cinta? Kenapa sulit? Alasan ada lima sih, apa aja?

1. Gengsi
2. Gengsi
3. Gengsi
4. Gengsi
5. Gengsi

Gengsi itu ibarat klub Motor Gede yang lagi konvoi. Dia bisa datang tiba-tiba lalu menghalangi jalan kita. Sama kek gengsi, kan? Kita udah nyiapin semua kata-kata aduhai, kita udah memberanikan diri, ternyata si gengsi datang. Mendadak kita menahan semua isi hati di ujung lidah. Ya, begitu tuh.

"Dear Gengsi, jangan lewat dulu, dong. Atau, biarkan aku menerobosmu untuk mendapatkan hatinya." ~ Asik!

Dan kalo kalian. Hm, kita semua maksudku. Masih berkutat dengan gengsi, maka beberapa hal ini akan menimpa kita semua:

1. Kecewa

Coba bayangin kalian sedang ada di acara perpisahan sekolah. Saat itu merupakan saat terakhir kalian untuk berjumpa dengan orang yang kalian suka, karena yaa.. Katakanlah orang itu bakal lanjut sekolah ke luar kota dan akan pergi langsung setelah acara selesai. Dan saat melihat wajahnya, pikiran kalian berkecamuk,

"Kalau nggak ku ungkapin sekarang, dia keburu pergi. Kalau di ungkapin, idih, malu dong. Aku nggak bisa!" 

Akhirnya, pergelutan perasaan tersebut dimenangkan oleh rasa gengsi. Ujungnya, kalian cuma bisa ngucapin, "Selamat Jalan, ya. Sampai ketemu lagi." Abis, deh.

Yang tertinggal apa? Ya, rasa kecewa.

Makanya, kalau cinta jangan gengsi.

2. Penyesalan

Mungkin kalian inget pepatah yang menyebutkan, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian" yang kalo versiku artinya adalah "Akibat gengsi dahulu, menyesal kemudian."

Logikanya, semakin besar gengsinya, semakin besar pula penyesalannya. Aku analogikan dengan lebaran. Ya, kalian pasti tau 'kan, saat lebaran, sehabis sholat Ied, kita dan keluarga bakal ngumpul karena mau makan bareng-bareng. Nah, di saat semua orang tua udah ngambil makanan dari prasmanan, nah sisanya tinggal kalian dan saudara sebaya.

Tapi sayangnya, karena gengsi kalian tebal dan merasa pahlawan, tanpa rasa bersalah, lidah kalian yang tak bertulang itu berkata, "Udah duluan aja, aku belakangan." Dan saat-saat terakhir kalian mau ngambil makanan, eh makanannya abis. Ngehe.

Lalu, kalian bakal bertanya dengan saudara-saudara kalian, "Jadi yang ada tinggal apa, nih?" Dengan santai, saudara kalian akan menjawab,

"Yang tertinggal hanyalah penyesalan."

Kalau dihubung-hubungkan dengan cinta, misalkan kalian udah ngumpulin keberanian dan tenaga untuk ngungkapin perasaan, udah nyiapin kalimat, udah ketemu sama orangnya, bahkan kalian udah memanggil nama orang yang kalian suka,

"Bra..." Kebetulan namanya si Cobra. Serem amat.

Kemudian si Cobra menatap kalian. Dan dengan sigap terjadi lagi pertarungan antara cinta dan gengsi. Ibarat pertarungan bawang merah dan bawang-bawangan.

"Kalau nggak diungkapin sekarang, dia keburu diambil orang. Kalau diungkapin sekarang, ouh.. Aku nggak bisa. Masa harus aku dulu yang mulai duluan? Tiap hari yang mulai duluan selalu aku."

Lagi-lagi pertinjuan dimenangkan oleh rasa gengsi. Sebulan kemudian, dia udah sama orang lain. Tertinggal lah penyesalan di kepala kalian. Gimana kalau usut punya usut ternyata sebelumnya dia juga suka sama kalian, cuma dia menunggu kejelasan lu orang alias kalian. Nah, itu rasanya pengen ngantemin kepala ke roket Rusia.

"Waktu akan menamparmu dengan sangat bijaksana. Terimakasih atas kesadaran yang terlambat, di titik itu hanya akan terucap kalimat: Menangislah..."

Makanya, kalau cinta jangan gengsi.

3. Menderita

Akibat gengsi, berarti kalian melewatkan kesempatan. Apalagi kesempatannya belum tentu datang dua kali. Tersebutlah yang menyebabkan perasaan menderita dan menimbulkan hasrat untuk menegak sampo sachet untuk mengakhiri hidup. Setiap hari kalian berharap kesempatan itu datang kembali, sehingga kalian nggak bisa fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Mungkin, bagi perokok, mereka bisa menghilangkan rasa depresi ini dengan merokok. Tapi, saat mereka merokok, asap yang mengepul itu bukan lagi asap rokok, tapi kepulan-kepulan penyesalan.

Akhirnya, kalian menderita.

Makanya, kalau cinta jangan gengsi.

...

Oke, kita masuk ke kesimpulan dan masukan. Aku ingin menyampaikan sesuatu hal yang sangat vital buat kalian semua, yakni,

"Makanya, kalau cinta jangan gengsi."





Baca juga yaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon memberi komentar dengan sopan dan bijak. Silahkan komentar sepuasnya, selagi gratis!
=)